- Bentuk Kepedulian Terhadap Sesama Kodim 1013 Muara Teweh Laksanakan Bhakti Sosial bertajuk Jumat Berkah
- LPDB-KUMKM dan ID FOOD Bersinergi Perkuat Ketahanan Pangan Nasional
- Kemenkop Kolaborasi Bersama Kemenpar Dalam Penguatan Sektor Pariwisata Melalui Koperasi
- Menteri Maman Buka Peluang Perluasan Akses Pasar UMKM ke Malaysia
- HUT Ke-17, DPD Partai Gerindra Banten Sediakan Makan Siang Gratis
- Babinsa Koramil 10/Sepatan Gelar Komsos Bersama Masyarakat
- Perkuat ESG, BNI Pacu Pertumbuhan Pembiayaan Berkelanjutan
- Babinsa Koramil 07/Pdk Aren Goes to School, Bangkitkan Motivasi Belajar Siswa
- Sertu Adi Sancipto Anggota Koramil 01/Teluknaga Ajak Warga Kerja Bakti di Desa Tanjung Pasir
- Jalin Sinergitas, Koramil 14/Panongan Gelar Olahraga Bersama Muspika Kecamatan Panongan
Kenapa STY di Pecat dan Tepatkah Patrick Kluivert Sebagai Pelatih Baru Timnas Indonesia ?

MEGAPOLITANPOS.COM - Berawal dari hasil draw dengan Bahrain 2:2 di menit perpanjangan waktu. Pasca pertandingan di ruang ganti, para pemain meminta agar STY berdiskusi dan menyampaikan strategi yang dimainkan saat kalah dengan Bahrain. Namun STY menolak bahkan dengan keras berteriak strategi adalah Hak Pelatih.. !!
Sejak saat itulah terjadi pelatihan di timnas tubuh karena bagi pemain berbicara dan evaluasi adalah hal biasa di Eropa.
Perbedaan persepsi ini kian membesar dan, konon, merambat hingga memberikan “hukuman” non-teknis pada laga berikutnya melawan China pada 15 Oktober 2024.
Baca Lainnya :
- Kejari Geledah Dinas PUPR Siapa Saja Bakal Terseret Alur Dugaan Korupsi Sabo Dam Kali Bentak Panggungrejo
- Kemhan RI, Mirage Defence dan ST Engineering Berkolaborasi Gelar Program Pelatihan Perdana Siber TNI
- Babinsa Koramil 01/Tgr Monitoring Penditribusian MBG
- Pemilik Warung Remang Remang Desa Penataran Nglegok Digaruk Satpol PP yang Ternyata Fit Perempuan Wilnya Bertatus Menikah
- UNMA Gelar Final Duta Kampus 2025, Ini 10 Pasang Daftar Finalis
Kita terheran-heran saat itu dan menganggap mengapa STY melakukan eksperimen dan gagal saat lawan Cina. Dimana Thom Haye, Jordi Amat, Sandy Walsh, bahkan Malik, diparkir di bangku cadangan. Yang mengejutkan pula, kapten ban Jay Idzes tiba-tiba dicopot, lalu dipindahkan ke lengan Asnawi.
Eksperimen tersebut lebih dilandasi oleh hukuman yang diberikan oleh STY kepada sejumlah pemain tersebut yang paling menuntut adanya diskusi dan evaluasi setiap pasca pertandingan. Ada dinamika non-teknis—seperti pergesekan ego, mis-komunikasi, atau kendala kultural—yang memicu retakan semakin melebar.
Ketidakharmonisan tersebut melibatkan Mees Hilgers dan Eliano Reijnders, dua pilar diaspora yang baru-baru ini mulai unjuk gigi bersama Skuad Garuda. Kabar pun sempat mengira kemungkinan potensi “gesekan baru” jika Ole Roemeny ikut bergabung, mengingat kepribadiannya disebut mirip dengan Mees Hilgers
PSSI pun, menurut sumber, terpaksa turun tangan langsung demi meredam keadaan. Itulah mengapa kita melihat pertandingan kontra Bahrain, Cina, Jepang dan Arab Saudi. Ketum PSSI selalu hadir di ruang ganti untuk memotivasi dan menjaga keharmonisan timnas.
Dan tentu kita bertanya-tanya saat timnas melawan Cina, Saudi dan Jepang bermain seperti tanpa visi dan kemenangan melawan Saudi tidak lepas dari faktor keberuntungan yang saat itu hinggap di timnas kita.
Dipecatnya STY meski menyakitkan hati namun itu adalah wewenang PSSI, namun publik kembali bertanya-tanya mengapa PSSI memilih Patrick Kluivert sebagai pelatih baru Timnas Indonesia. Rekam jejak Kluivert di dunia kepelatihan setidaknya belum tergolong gemilang. Malah cenderung meredup.
Pengalaman pahit Eto saat di Inter Milan menggantikan Mancini dengan pelatih baru seharusnya menjadi pelajaran, apalagi untuk sekelas timnas yang sedang fokus di penyisihan piala dunia mengganti pelatih yang minim prestasi jelas penuh resiko.
Seharusnya Eto tidak hanya berpaku pada keharmonisan timnas tapi juga melihat kualitas pelatih yang menggantikan STY. Patrick Kluivert sebagai pemain memang moncer tapi sebagai pelatih prestasinya masih mencret. ** penulis (Agung Nugroho||Pemaen Bola Kampung)
