G20 Brasil 2024 Lahirkan Deklarasi Rio, Sesuaikah dengan Agenda Indonesia

Keterangan Gambar : Keterangan Gambar: Presiden Indonesia Prabowo Subianto dan Presiden Brasil Luiz Inacio Lula da Silva di KTT G20, Museum of Modern Art (MAM), Rio de Janeiro. (Foto.net)
MEGAPOLITANPOS.COM - Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Group of Twenty (G20) Brasil 2024 merupakan yang ke-19. Indonesia sendiri dua tahun yang lalu (2022) menjadi tuan rumah G20 ke-17 yang diadakan di Bali dengan hasil ’52 Paragraf’ yang dinamakan “Deklarasi Bali”, secara singkat isinya, mengutuk perang di Ukraina; menolak senjata nuklir; dan memperhatikan isu krisis pangan.
Setelah hadir KTT Asia-Pacific Economic Cooperation (APEC) di ibu kota Peru, Lima, Presiden Prabowo pun menghadiri G20 Brasil di kota Rio de Janeiro. Presidensi G20 2024, Brasil, mengangkat tema: “Building a Just World and Sutainable Planet” (Membangun Dunia yang Adil dan Berkelanjutan).
Brasil mengajukan tiga prioritas sebagai Presidensi G20, dan dituangkan dalam “Deklarasi Rio”, isinya pertama tentang memerangi kelaparan, kemiskinan, dan kesenjangan; kedua menangani perubahan iklim dengan transisi energi yang adil; serta ketiga reformasi tata kelola global dan penguatan demokrasi.
Baca Lainnya :
- Wakil Bupati Asahan Tutup Marching Festival ke-III Tahun 2025
- Wakil Bupati Asahan Lepas Peserta Marching Festival ke-III
- Upaya Menyuap Jaksa Gagal Kasus MID atas Dugaan Korupsi Proyek Sabo Dam Kali Bentak Jalan Terus
- Perkuat Struktur Pendanaan lewat Transformasi Digital, Transaksi Digital BNI Tembus Rp764 Triliun
- Komisi III DPRD Berharap, Pembangunan Kota Tangerang Diatas Rata-Rata
Ajuan Brasil tersebut menegaskan komitmennya dalam membangun masa depan yang lebih inklusif dan berkelanjutan pada panggung dunia. Namun selain ketiga isu prioritas diatas, G20 menyoroti pembangunan “Global Selatan” karena dianggap negara-negara di bawah Garis Brandt (batas patokan negara-negara yang disebut Global Selatan) perlu mencapai pembangunan yang lebih besar.
Presiden Prabowo Dorong Hal yang Sama Dengan “Deklarasi Rio”
Dalam sambutannya dalam sesi pertama KTT G20, Presiden Prabowo menyampaikan bahwa masalah ekonomi tidak bisa dipisahkan masalah atau isu geopolitik. Beliau mengawali dengan ucapan terima kasih kepada Presiden Republik Federasi Brasil, Luiz Inacio Lula da Silva, yang telah memajukan aspirasi negara-negara “Global Selatan”.
Seturut dengan prioritas tentang memerangi kelaparan Presiden Prabowo menyampaikan, “Saya juga ingin menekankan dan memuji Presiden Lula atas upayanya untuk mengentaskan kemiskinan dan kelaparan sebagai titik fokus dari sesi G20 ini.” Tegasnya Prabowo pada Forum ini yang disiarkan di Youtube Sekretariat Presiden, Senin (18/11/2024).
Diketahui program makan siang gratis juga merupakan program ampuh Prabowo dalam kampanye Pemilu 2023-2024 Indonesia lalu, dia pun menyampaikan dalam forum yang sama bahwa terpilihnya beliau atas harapan masyarakat pada program tersebut.
Lalu soal konflik internasional Presiden Prabowo menyampaikan, “Kami mendesak agar segera melakukan gencatan senjata di Ukraina dan di Gaza. Janganlah kita ragu untuk maju dan mendesak para peserta di kawasan ini untuk mencapai gencatan senjata bagi kita. Hal ini penting untuk mencapai perdamaian dan stabilitas.” Ucap Prabowo pada pemimpin negara-negara yang hadir.
Presiden Prabowo juga menekankan hanya dengan perdamaian dan stabilitas kita dapat mengatasi kemiskinan dan kelaparan. Dia juga mendesak agar negara-negara G20 di Gaza untuk menggunakan kekuatan kolektifnya agar memperkuat upaya multilateral dalam isu-isu tersebut.
Soal transisi energi Presiden Prabowo menyampaikan upaya kedepannya dalam Forum Bisnis Indonesia-Brasil, Minggu (17/11/2024), “Kita juga akan melakukan efisiensi energi dan kita diberkati seperti juga Brasil, mungkin kita juga, saya pikir hanya dua atau tiga negara di dunia yang bisa segera swasembada energi hijau (green energy) dan energi terbarukan (reneweable energy).” Ungkap Prabowo yang dikutip juga dari siaran Youtube Sekretariat Presiden.
Kritik Pengamat Geopolitik Terhadap G-20
Keberlanjutan lingkungan dan menjaga bumi; pemberdayaan sosial masyarakat serta meningkatkan ketahanan pangan; dan harmoni global untuk masa depan, dalam 5 tahun terakhir agenda ini terus masuk dalam isu atau hasil di G20. Brett Schaefer, Pengamat internasional menulis dalam Geopolitical Intelligence Service (www.gisreportonline.com) dengan judul “Apa Pertemuan Puncak Para Pemimpin G20 di Brasil Penting?”
Schaefer menulis, “G20 sering kali mengulang-ulang komitmen sebelumnya di setiap pertemuan puncak, yang menunjukkan bahwa komitmen tersebut masih belum terpenuhi. Memang, kepatuhan terhadap komitmen tahunan telah bervariasi secara signifikan selama bertahun-tahun. Namun, hal ini tidak mencegah agenda yang membengkak.” Tulisnya dalam subjudul Sesuai dengan kursusnya.
Schaefer juga menulis bahwa dalam beberapa tahun terakhir, meningkatnya ketegangan geopolitik antara Tiongkok (China), Rusia, dan Amerika Serikat (AD) telah menghambat kemampuan organisasi tingkat internasional mencapai konsesus dalam banyak isu. Diawal pada prolog dia menulis pada poin 2, “Hasil praktis dari pertemuan puncak Brasil akan terbatas cakupannya.
Tiga Negara Adidaya
Presiden China, Xi Jinping pada G-20 dianggap sebagai pemimpin paling berpengaruh, meski hadir juga Joe Biden sebagai Presiden AS akan tetapi justru dianggap lemah pengaruh sebab kekuasaannya tinggal hitungan minggu sampai Donald Trump dilantik 20 Januari 2025.
Sedangkan Moskow, Rusia mengirimkan Menteri Luar Negerinya, Sergey Viktorovich Lavrov. Hal serupa juga dilakukan di pada G20 India 2023 dan mengirim tim khusus pada G20 Indonesia 2022. Presiden Rusia Vladimir Putin tidak hadir dengan berbagai alasan. Namun, dimungkinkan sebab ketidakhadiran Presiden Putin terkait isu perang Ukraina-Rusia yang dikemukakan G20.
Forum raksasa seperti G20, APEC, atau BRICS (Brazil, Russia, India, China, South Africa) diharapkan tidak melemah karena kepentingan antar dua tiga negara, sebab keputusan dan isu yang dihasilkan sangat diperlukan oleh masyarakat yang terwakilkan dalam anggota masing-masing forum gabungan negara-negara ini.
Atas dasar kemanusiaan dan kelestarian Bumi mestinya yang jadi prinsip utama, jangan sampai pembedayaan masyarakat serta kelestarian lingkungan hanya sebagai puisi dan sambutan dalam forum-forum tersebut. ** (DVS)
