- Wakil Bupati Asahan Buka Sosialisasi PBJT
- Sekda Kabupaten Asahan Terima Kunjungan ASPEKPIR Sumut
- Dihadapan Bupati Asahan, PC NU Siap Dukung Pendirian Sekolah Rakyat
- Mayat dalam Karung di Daan Mogot Km 21, Polisi Ungkap Motif Pelaku Habisi Korban
- Muh Taufiq Ketum PSHT Lakukan Ziarah ke Makam Bung Karno, Sarasehan Kebangsaan dan Konsolidasi Menuju Nyawiji
- BNI Gandeng IKA ITS Dukung Kemajuan Pendidikan Tinggi di Indonesia
- Kemenkop Resmikan Pembentukan Kopdes Merah Putih di Malang
- PKP KUR 2025, Menteri UMKM Tekankan Kualitas Penyaluran
- Danramil Pondok Aren Tinjau Langsung Distribusi Makan Bergizi di SDN 02 Jurang Mangu Timur
- Setelah 5 Hari Pencarian, Korban Tenggelam Di Sungai Barito Muara Teweh Ditemukan, Kakansar Palangka Raya Operasi SAR Dinyatakan Selesai Dan Ditutup
Anis Byarwati Sebut, Capaian Ekonomi Triwulan I 2024 ditopang oleh Siklus Musiman dan Pemilu 2024

Keterangan Gambar : Legislator PKS Anis Byarwati
MEGAPOLITANPOS.COM, Jakarta- BPS RI telah merilis angka pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I 2024 tumbuh sebesar 5,11 persen. Ketua DPP PKS Bidang Ekonomi dan Keuangan Anis Byarwati mengapresiasi capaian pertumbuhan ekonomi Tw I-2024. "Tetapi kita mesti melihat apa yang menjadi pemicu pertumbuhan ekonomi tersebut. Tidak sepenuhnya karena membaiknya kinerja ekonomi Pemerintah, tetapi lebih banyak karna faktor musiman yang terjadi secara berbarengan," sebutnya di Jakarta, Jum'at 10 Mei 2024.
Menurut anggota DPR RI Komisi XI ini pertumbuhan ekonomi triwulan I-2024 lebih banyak ditopang oleh faktor yang sifatnya musiman seperti pelaksanaan Pemilu dan bulan Ramadhan. "Dua faktor inilah yang banyak mendorong terjadinya peningkatan konsumsi masyarakat pada Tw I-2024. Selain itu, peningkatan konsumsi ini juga ditopang oleh faktor lainnya yang juga berdampak, yaitu bantuan sosial yang diberikan kepada masyarakat. Akan tetapi, Pemerintah perlu segera memperbaiki kinerja ekonominya. Faktor musiman seperti Pemilu dan Ramadhan tidak akan terjadi lagi pada Tw II -2024 nanti. Bansos juga tidak akan lagi diberikan jor-joran oleh Pemerintah. Oleh sebab itu, Pemerintah perlu mengantisipasi dan mewaspadai kondisi tersebut," ungkapnya.
Baca Lainnya :
- PKS: Jaga GPN dan QRIS, Bela Kedaulatan Ekonomi Indonesia
- Bank DKI Umumkan, Layanan Transaksi Antarbank Melalui ATM Kembali Aktif
- Ketua DPP PKS Sebut Tekanan Ekonomi pada Februari Belum Berakhir, Pemerintah Perlu Waspada
- Kinerja APBN Januari 2025 Tertekan, DPR: Perlu Ditingkatkan
- Ketua DPP PKS: Sebab Deflasi Akibat Daya Beli Masyarakat Menurun
Legislator perempuan dari PKS ini juga menyebut pertumbuhan mencapai 5,11 persen sudah baik sebagai modal awal dengan catatan masih terlalu dini untuk memprediksi kondisi tersebut akan menjadi gambaran ekonomi hingga akhir tahun 2024. "Tantangan ketidakpastian ekomomi dan volatilitas keuangan gobal masih sangat tinggi. Fenomena _higher for longer_ untuk menggambarkan tingkat inflasi dan suku bunga bisa memicu pertumbuhan ekonomi weaker for longer Ekonomi global masih sangat ringkih dan rapuh inilah yang kita khawatirkan akan berdampak terhadap kondisi perekonomian nasional. Apalagi kita akan menghadapi transisi kekuasaan pada bulan Oktober nanti. Kita berharap semuanya bisa berjalan baik dan Pemerintahan baru bisa bekerja secara optimal," katanya.
Anggota Fraksi PKS berpandangan tantangan semakin berat kedepannya. Kondisi geopolitik yang sedang memanas dibanyak kawasan, akan membuat perekonomian global akan goncang, terutama harga minyak. Kondisi ekonomi China yang melambat berpotensi melambatkan pertumbuhan perekonomian Indonesia. "Hari ini nilai tukar Rupiah terhadap USD tertinggi dalam empat tahun terakhir. Jika Rupiah terus melemah, tentu BI akan menaikkan tingkat suku bunga kembali, dampaknya sektor rill akan terancam, daya beli akan semakin melemah dan ini akan berdampak terhadap pertumbuhan ekonomi," ujarnya.
Legislator asal Jakarta ini menyebut target pertumbuhan 5,3% terlampau berat, perlu kerja keras dan extra effort untuk mencapainya melihat kondisi perekonomian dan keuangan global yang masih sangat rentan. "Sementara itu, perekonomian nasional masih sangat terpengaruh dengan kondisi global. ditambah kondisi geopolitik dibanyak kawasan sedang memanas, perlambatan ekonomi china, tingginya angka inflasi dan suku bunga The FED dan harga komoditas yang mulai turun. Sementara kondisi ekonomi nasional belum cukup kuat untuk mendorong pertumbuhan ekonomi lebih tinggi lagi. Kita masih sangat tergantung dengan konsumsi. Sementara investasi dan ekspor belum bisa diharapkan banyak menopang pertumbuhan. Sekali lagi ini PR Pemerintahan baru nantinya," ungkapnya.
Wakil Ketua BAKN DPR RI ini juga menyebut parlemen berupaya dengan fungsi yang dimiliki untuk mendorong Pemerintah untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi sebagaimana yang sudah ditetapkan dalam APBN 2024. "Sekali lagi tentu saja tidak mudah, apalagi Pemerintahan saat ini tinggal menunggu waktu untuk berakhir. Tidak akan banyak kebijakan baru yang akan dikeluarkan, selain melanjutkan apa yang sudah dikerjakan. Kita juga menunggu bagaimana komposisi kabinet khususnya Tim Ekonominya, apakah bisa diterima publik atau sebaliknya. Hal ini penting meyakinkan publik agar orang yang dipilih terbaik dan ahli dibidangnya," tutupnya.(Reporter: Achmad Sholeh Alek).
