Ini Alasan Mantan Wartawan Jawa Pos Goes Sepeda Surabaya - Jakarta Tuntut Tunjangan Hari Tua
.jpg)
MEGAPOLITANPOS.COM, Jakarta- Mantan wartawan senior Jawa Pos (JP), Abdul Muis (60) Gowes Surabaya-Jakarta (800 Km). Setelah lima hari menempuh perjalanan, akhirnya mencapai finish di Lapangan Monas, Kamis siang (30/11/2023). Kemudian berlanjut istirahat di kawasan Senayan.
Muis nekad Gowes berhari-hari karena ingin menyampaikan aspirasi seluruh mantan awak media Jawa Pos, menuntut dana tunjangan hari tua, yang diabaikan manajemen JP.
Baca Lainnya :
- BPDP Raih Penghargaan Mitra Utama APEKSI Atas Dedikasi Pembangunan UKM di Indonesia
- Ikut Tanam Pohon di Munas Apeksi, Sachrudin Ajak Masyarakat Perkotaan Perkuat Kepedulian Lingkungan
- Pemkot Blitar Sabet Anugerah WTP 15 Kali Berturut Turut Walikota Apresiasi Kerja Keras Semua Pihak
- Perpaduan Lintas Generasi, Juntos Bar & Grill Sajikan Musik Jazz, Cerutu dan Minuman Berkualitas
- Kutus Kutus Kembali ke Tangan Peracik Asli: Kemenangan Bambang Pranoto di PN Surabaya Tegakkan Kepastian Hukum
Cak Amu demikian sapaan akrab Abdul Muis beralasan aksinya adalah menuntut hak saham 20 persen karyawan Jawa Pos. Dan deviden yang belum pernah diberikan sejak 2002.
" Saya memperjuangkan saham dan deviden, saya mempunyai kenangan buruk pada perusahaan Jawa Pos. Pertama saya sudah totalitas sama Jawa Pos, ketika 2010 saya harus selesaikan dengan pensiun dini, ketika umur 48 tahun, padahal perusahaan tidak pailit," ungkap Cak Amu.
Menurutnya ia dan kawan kawan merasa dirugikan, karena dipaksa pensiun dini, namun karena alasan ekonomi terpaksa menerimanya.
" Cara penyelesaiannya tidak win win solution, saya merasa dirugikan dengan dipaksa, sehingga karena keluarga membutuhkan dana maka saya menerima," katanya.
Setelah itu menurutnya ada Kabar deviden Sampai tahun sekian tidak pernah dibagikan, setelah digali lebih dalam bersama teman teman saham karyawan yang 20 persen. Maka semakin kuat niat saya dengan adanya kezaliman ini saya merasa aksi apa yg harus saya lakukan untuk berjuang ketika teman teman sudah beraksi.
Dia mengharapkan kembalinya deviden dan saham 20 persen karyawan. Karena dibalik itu pernah ada keterangan dari pimpinan pak Dahlan Iskan, bahwa akan ada dana abadi.
Ketika kita audah tidak di JawaPos pensiunan atau pesangon itu kan habis, kenapa kita tidak disiapkan oleh pak Dahlan untuk menjadi seorang yang bisa mengelola dana itu tadi.
" Kalau kita diajak mengelola masa depan kita sudah jelas, dana abadi itu tadi, dengar dengar dana dividen yang tertahan atau sengaja ditahan itu angkanya besar sekali mencapai 2 Triliun tapi kepastian angkanya belum pasti," paparnya.
Meski begitu Cak Amu kembali mengatakan berapapun besaran dananya yang penting hak itu harus diberikan. Karena pihak pihak terkait sudah dilaporkan ke Kepolisian Jawa Timur.
" Maka saya bilang, kalau masuk proses pengadilan atau celah hukum maka prosesnya lama ini. Kita tidak butuh proses hukumnya kita butuh pencairan hak itu," jelasnya.
*Dukungan*
Misi Cak Amu tidak terlepas dari dukungan berbagai pihak dari keluarga juga sesama teman teman media dan komunitas goes.
" Saya kesini itu didorong oleh teman teman dari guest suka suka surabaya sampai finis di Monas.Mereka bilang beban saya itu lebih berat dari Turing sebelumnya karena membawa misi titipan amanah dari temen-temen," imbuhnya.
Dalam perjalanan tentunya ada hambatan yang dialaminya, seperti kerusakan pada sepeda, cuaca musim hujan dll.
" Roda sepeda saya rusak di bojonegoro, itu baru start, kebetulan kita penya temañ baik sesama goeser dipinjamkan dan orang orang ini selalu telpon saya sebelum berangkat, dia support banget atas upaya saya," katanya.
Perjalanan ini menurut Cak Amu adalah yang paling berat. " tapi alam mendukung sekali, bahkan hujan itu pertama turun di pintu masuk Bojonegoro , saya tetap lanjut. Dari Bojonegoro ke Cepu panas jadi kering lagi, yang paling bagus lagi ketika dibekasi hujan lebat sekali saya nikmati sampai saya istirahat di pom bensin," tutupnya.(Reporter: Achmad Sholeh Alek)
