KemenKopUKM: Koperasi Jadi Konsolidator Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat
.jpg)
Keterangan Gambar : Deputi Bidang Perkoperasian Kementerian Koperasi dan UKM (KemenKopUKM) Ahmad Zabadi (Kiri), dalam acara Bedah Buku Serial Pengarusutamaan Strategi Pengembangan Koperasi dan UKM Dalam Rangka Ekspose Program Pengembangan Koperasi di Aston Hotel, Purwokerto, Jumat (11/10).
MEGAPOLITANPOS.COM, Purwokerto - Di hadapan ratusan civitas akademika dari tiga kampus ternama yaitu Universitas Muhammadiyah Purwokerto (UMP), Universitas Islam Negeri Saifuddin Zuhri (UIN Saizu) dan Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed), Deputi Bidang Perkoperasian Kementerian Koperasi dan UKM (KemenKopUKM) Ahmad Zabadi menyampaikan pentingnya peran koperasi dalam upaya mendorong peningkatan kapasitas UKM.
Deputi KemenKopUKM Ahmad Zabadi dalam acara Bedah Buku Serial Pengarusutamaan Strategi Pengembangan Koperasi dan UKM Dalam Rangka Ekspose Program Pengembangan Koperasi di Aston Hotel, Purwokerto, Jumat (11/10), mengatakan, koperasi sebagai wadah yang sangat strategis untuk mengkonsolidasi usaha-usaha kecil agar memiliki daya saing yang tinggi dan mampu memenuhi skala ekonomi sehingga dapat menjadi bagian dari rantai pasok industri.
Baca Lainnya :
- Menteri UMKM Sebut Layanan CBI SME Bureau Dukung Akses Pembiayaan yang Inklusif
- Kementerian UMKM Luncurkan Program LAKSMI
- Kementerian UMKM dan Kongres Advokat Indonesia Kerja Sama Pendampingan Hukum bagi UMKM
- Wamen Helvi Tekankan Pentingnya Kolaborasi dan Sinkronisasi untuk Majukan UMKM
- Wamen UMKM Sebut Sinergi UMKM Jadi Kunci Resilensi Ekonomi Nasional
Oleh sebab itu, pengarusutamaan strategi pengembangan koperasi dan UKM menjadi hal yang penting demi mendorong peningkatan kontribusi terhadap perekonomian nasional.
"UMKM mayoritas skala mikro kecil dan terbatas skala usahanya, maka wadah yang paling tepat mengatasi itu adalah melalui koperasi," kata Zabadi.
Di banyak negara maju, prinsip dasar koperasi justru banyak diadopsi untuk mendorong kinerja sebuah usaha seperti Koperasi Susu Fonterra di Selandia Baru, Koperasi Mondragon di Spanyol, dan masih banyak negara lainnya. Namun sayangnya di Indonesia sendiri keberadaan koperasi justru dipandang sebelah mata, terutama akibat pengelolaan yang kurang profesional yang kerap terjadi di beberapa koperasi besar di tanah air.
"Di beberapa negara maju yang kita sebut sebagai kampiun kapitalis justru tingkat partisipasi penduduknya untuk bergabung ke koperasi sangat tinggi, tetapi di Indonesia jauh di bawah rata rata dunia atau hanya sekitar 9,5 persen dari total populasi penduduk," kata Ahmad Zabadi.
Untuk mendorong daya saing dan tingkat partisipasi penduduk terhadap koperasi, KemenKopUKM telah melakukan banyak upaya dalam rangka rebranding koperasi agar menjadi lebih modern dan adaptif terhadap perkembangan zaman. Di antaranya melalui akselerasi program pembangunan pabrik minyak makan merah berbasis koperasi.
Melalui program ini, KemenKopUKM berharap agar petani sawit terlibat dalam rantai bisnis pengolahan sawit dari hulu hingga hilir. Dengan begitu petani sawit yang menjadi anggota koperasi tidak hanya mengandalkan penjualan Tandan Buah Segar (TBS), tetapi terlibat dalam hilirisasi kelapa sawit sehingga pendapatannya meningkat.
"Kita sudah ada satu pabrik yang beroperasi di Deli Serdang, lalu yang sedang dibangun ada di lima titik secara bersamaan. Nanti akan terus dibangun per 1.000 hektare (kebun sawit) kami juga akan dorong pembangunan satu pabrik (minyak makan merah) lagi," kata Ahmad Zabadi.(Reporter: Achmad Sholeh Alek).
