- FAM Tangerang Buka Posko Perlawanan, Tuntut DPRD Interpelasi PSN
- PMJAK Desak KPK Beri Kepastian Hukum Dugaan Korupsi Rano - Mas Pram Terkait e- KTP dan Alkes
- Gugat RUPSLB PT. NKM, Diduga Seret Nama Doddy Efendi Dirut PDAM TB
- 103.845 Kelompok Penyelenggara KPPS Pilkada DKI Jakarta Resmi Dilantik
- Dibuka Seleksi Petugas Haji 2025 Tingkat Daerah, Simak Syarat dan Tahapannya
- Satbrimob PMJ Adakan Kegiatan Makan Siang Bergizi Gratis di SDN 01 Hegarmukti Cikarang
- Menteri Koperasi Komitmen Dongkrak Rasio Anggota Koperasi Menjadi 60 Juta
- Dandim 0506/Tangerang Kunjungi Makoramil 06/Cbd, Tinjau Rehap dan Berikan Arahan kepada Anggota
- Pjs Bupati Ikuti Pengucapan Sumpah Janji Pimpinan DPRD Kabupaten Asahan Masa Jabatan 2024-2029
- Pemerintah Kabupaten Asahan Gelar B2SA Goes To School
PENYESALAN
Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta saling menasihati untuk kebenaran dan saling menasihati untuk kesabaran
Keterangan Gambar : Ketua Umum PB Formula
Assalamu'alaikum Wr. Wb.
Percayakah Anda, bila Saya katakan bahwa setiap manusia, tanpa terkecuali apakah ia orang baik atau tidak baik, akan merasakan penyesalan? Mungkin Anda bertanya, bagaimana orang baik merasakan penyesalannya? Dan untuk hal apa ia menyesal?
Bagi mereka yang muslim, tentunya sangat hafal dengan sebuah surat pendek QS Al ‘Ashr (waktu) berikut ini:
“Demi waktu. Sungguh, manusia berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta saling menasihati untuk kebenaran dan saling menasihati untuk kesabaran.” (QS Al ‘Ashr: 1–3)
QS Al ‘Ashr mendiskusikan aset penting dalam hidup, yang disediakan gratis oleh Tuhan untuk dikelola. Aset tersebut dimiliki oleh setiap makhluk hidup, namun tidak semua makhluk hidup mampu mengelolanya. Aset tersebut adalah WAKTU.
Manusia dan jinlah yang diberikan kemampuan sebagai pengelola aset tersebut. Siapapun yang gagal mengelola aset tersebut, maka akan merasakan penyesalan. Surat Al Ashr juga menginformasikan kepada kita bahwa semua manusia akan merasakan rugi dan menyesal, bahkan orang yang telah berbuat baik sekalipun, akan menyesal, mengapa ia tidak berbuat baik lebih banyak. Hal ini setidaknya dapat kita lihat dalam sebuah kisah di zaman Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wa salam.
Seorang sahabat bernama Sya’ban radhiallahu ‘anhu meninggal dunia, Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wa salam bertakziah ke rumah beliau. Saat itu, Istri Sya’ban ra. bertanya: “Ya Rasulullah ada sesuatu yang menjadi tanda tanya bagi kami semua, yaitu menjelang kematiannya dia berteriak tiga kali dengan masing-masing teriakan disertai satu kalimat. Kami semua tidak paham apa maksudnya.”
“Apa saja kalimat yang diucapkannya?” tanya Rasulullah.
“Di masing-masing teriakannya, dia berucap kalimat ‘Aduh, kenapa tidak lebih jauh! Aduh kenapa tidak yang baru! Aduh kenapa tidak semua!’” jawab istri Sya’ban.
Rasulullah saw. pun melantunkan ayat yang terdapat dalam QS. Qaaf: 22, “Sesungguhnya kamu berada dalam keadaan lalai dari (hal) ini, maka Kami singkapkan dari padamu hijab (yang menutupi) matamu, maka penglihatanmu pada hari itu amat tajam.”
“Apa yang dilihat oleh Sya’ban ra. (dan orang yang sakaratul maut) tidak dapat disaksikan yang lain. Dalam padangannya yang tajam itu Sya’ban ra. melihat suatu adegan di mana kesehariannya dia pergi pulang ke masjid untuk shalat berjama’ah lima waktu. Perjalanan sekitar tiga jam jalan kaki, tentu itu bukan jarak yang dekat. Dalam tayangan itu pula Sya’ban ra. diperlihatkan pahala yang diperolehnya dari langkah-langkahnya ke masjid,” ujar Rasulullah.
Dia melihat seperti apa bentuk surga yang dijanjikan sebagai ganjarannya. Saat dia melihat, dia berucap: “ADUH MENGAPA TIDAK LEBIH JAUH”, timbul penyesalan dalam diri Sya’ban ra., mengapa rumahnya tidak lebih jauh lagi supaya pahala yang didapatkan lebih indah. Dalam penggalan kalimat berikutnya Sya’ban ra. melihat saat ia akan berangkat shalat berjama’ah di musim dingin. Saat ia membuka pintu, berhembuslah angin dingin yang menusuk tulang. Ia masuk ke dalam rumahnya dan mengambil satu baju lagi untuk dipakainya. Ia memakai dua baju, Sya’ban memakai pakaian yang bagus (baru) di dalam dan yang jelek (butut) di luar.
Ia berpikir, jika kena debu tentu yang kena hanyalah baju yang luar dan ketika sampai di masjid ia dapat membuka baju luar dan shalat dengan baju yang lebih bagus. Ketika dalam perjalanan menuju masjid, ia menemukan seseorang yang terbaring yang kedinginan dalam kondisi mengenaskan. Sya’ban ra. pun merasa iba dan segera membukakan baju yang paling luar lalu dipakaikan kepada orang tersebut, kemudian ia memapahnya ke masjid agar dapat melakukan shalat shubuh bersama-sama.
Orang itu pun selamat dari mati kedinginan dan bahkan sempat melakukan shalat jama’ah. Sya’ban ra. pun kemudian melihat indahnya surga, sebagai balasan memakaikan baju bututnya kepada orang tersebut.
Kemudian ia berteriak lagi “ ADUH KENAPA TIDAK YANG BARU”, timbul lagi penyesalan dibenak Sya’ban ra. Jika dengan baju butut saja dapat mengantarkannya mendapat pahala besar, sudah tentu ia akan mendapatkan surga yang lebih indah jika dia memberikan pakaian yang baru.
Berikutnya, Sya’ban ra. melihat lagi suatu adegan. Saat ia hendak sarapan dengan roti yang dimakan dengan cara mencelupkan dulu ke dalam segelas susu. Bagi yang pernah ke tanah suci, tentu mengetahui ukuran roti Arab (sekitar tiga kali ukuran rata-rata roti Indonesia). Ketika baru saja ingin memulai sarapan, muncullah pengemis di depan pintu yang meminta sedikit roti karena sudah tiga hari perutnya tidak diisi makanan. Melihat hal itu, Sya’ban ra. merasa iba. Ia kemudian membagi dua roti tersebut dengan ukuran sama besar dan membagi dua susu ke dalam gelas dengan volume yang sama rata, kemudian mereka makan bersama-sama. Allah subhanahu wa ta’ala kemudian memperlihatkan Sya’ban ra. dengan surga yang indah. Ketika melihat itupun Sya’ban ra. berteriak lagi, “ADUH KENAPA TIDAK SEMUANYA,!!” Sya’ban ra. kembali menyesal. Seandainya ia memberikan semua roti itu kepada pengemis tersebut, maka pasti ia akan mendapat surga yang lebih indah. Masyaallah, Sya’ban bukan menyesali perbuatannya, melainkan menyesali mengapa tidak optimal.
Sekarang bagaimana bila Sebaliknya, MELALAIKAN WAKTU, BAHKAN MEMBUAT KERUSAKAN DI MUKA BUMI, DAN BERBUAT DOSA
: لَآ اُقْسِمُ بِيَوْمِ الْقِيٰمَةِۙ
Aku bersumpah demi hari Kiamat,
Q.S Al-Qiyamah [75] : 1
: وَلَآ اُقْسِمُ بِالنَّفْسِ اللَّوَّامَةِ
dan Aku bersumpah dengan jiwa yang amat menyesali (dirinya sendiri).
Q.S Al-Qiyamah [75] : 2
قَالَ عَمَّا قَلِيْلٍ لَّيُصْبِحُنَّ نٰدِمِيْنَۚ
Allah berfirman, "Dalam sedikit waktu lagi pasti mereka akan menjadi orang-orang yang menyesal."
Q.S Al-Mu'minun [23] : 40
Hari kiamat merupakan yaum al-hasrah, hari penyesalan. Kaum kafir dan fasik saat itu menyesal. “Dan berilah mereka peringatan (Muhammad) tentang hari penyesalan (yaum al-hasrah), (yaitu) ketika segala perkara telah diputus, sedang mereka dalam kelalaian dan mereka tidak beriman” (QS Maryam: 39).
وَهُمْ يَصْطَرِخُوْنَ فِيْهَاۚ رَبَّنَآ اَخْرِجْنَا نَعْمَلْ صَالِحًا غَيْرَ الَّذِيْ كُنَّا نَعْمَلُۗ اَوَلَمْ نُعَمِّرْكُمْ مَّا يَتَذَكَّرُ فِيْهِ مَنْ تَذَكَّرَ وَجَاۤءَكُمُ النَّذِيْرُۗ فَذُوْقُوْا فَمَا لِلظّٰلِمِيْنَ مِنْ نَّصِيْرٍ
Dan mereka berteriak di dalam neraka itu, "Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami niscaya kami akan mengerjakan amal yang saleh berlainan dengan yang telah kami kerjakan." Dan apakah Kami tidak memanjangkan umurmu dalam masa yang cukup untuk berpikir bagi orang yang mau berpikir, dan (apakah tidak) datang kepadamu pemberi peringatan? maka rasakanlah (azab Kami) dan tidak ada bagi orang-orang yang zalim seorang penolong pun.
Q.S Fathir [35] : 37
Nabi SAW. bersabda:النَّدَمُ تَوْبَةٌ “Penyesalan adalah taubat”. Hadis ini diriwayatkan Ahmad dalam Musnadnya, Bukhari dalam Tarikhnya, Ibnu Majah dalam Sunannya, Hakim dalam al-Mustadrak, semuanya bersumber dari Ibnu Mas'ud
Beliau bersabda:
والله إنى لأستغفر الله وأتوب إليه فى اليوم أكثر من سبعين مرة
“Demi Allah sesungguhnya aku beristighfar kepada Allah dan bertaubat kepadaNya dalam satu hari lebih dari 70 kali.” (HR. Al-Bukhari dari Abu Hurairah, No. 6307
Semoga Allah selalu berikan KESEHATAN dan PETUNJUK berbuat KEBAIKAN AMIN
Jakarta, 26,Mei 2023
PB. FORMULA
Tg. Drs. Dedi Hermanto
Ketum