- KPU Barito Utara Gelar Rapat Koordinasi Pleno Terbuka Penghitungan Perolehan Suara Gubernur Dan Wakil Gubernur Kalimantan Tengah Serta Bupati Dan Wakil Bupati Barito Utara 2024 - 2029
- Terminal Humor Tempat Hiburan Keluarga Hadir di Jakarta
- Personil Koramil 05/Blj Monitoring Kegiatan Car Free Day
- DPR Puji Kehadiran BNI di Belanda: Berikan Layanan Terbaik ke Diaspora
- Gelar Kaderisasi Merah Putih, Dr. Nurdin : Siapkan Generasi Emas yang Menyebarkan Semangat Persatuan dan Cinta Tanah Air
- Diskusi Kebangsaan bersama Gen Alpha, Dr. Nurdin : Kalian Penentu Masa Depan Bangsa
- Danramil 01/Tgr Patroli Cipta Kondisi Paska Pencoblosan
- Serda Alex Hadiri Sosialisasi Pencegahan Narkoba
- Audiensi JMSI: Dukungan Penuh untuk Kebijakan HAM di Era Presiden Prabowo
- Dr. Nurdin Ajak Ormas Terus Berkontribusi bagi Kemaslahatan Kota
PDPI, Indonesia Peringkat ke Tiga Dunia Dalam Jumlah Kasus Penyakit Tuberkulosis
Keterangan Gambar : Caption: "Indonesian Chronic Lung Disease International Meeting" di Shangrila hotel Jakarta, Sabtu 24 September 2022.poto: DR. Dr. Agus Dwi Susanto(tengah), DR.Dr. Heidy Agustin(kanan).
MegapolitanPos.com, Jakarta - Permasalahan kesehatan di bidang paru masih menjadi hal yang penting baik di tingkat nasional maupun internasional. Berbagai penyakit paru baik penyakit paru infeksi maupun non infeksi seperti misalnya tuberkulosis, pneumonia, kanker paru, asma bronkial, PPOK (Penyakit Paru Obstruktif Kronik) dan penyakit paru akibat kerja terus menjadi perhatian para pemangku kepentingan di Indonesia dalam upaya penanganannya. Negara kita menduduki peringkat ke tiga di dunia dalam jumlah kasus penyakit tuberkulosis walaupun telah dicanangkan target eliminasi tuberkulosis di tahun 2030.
Demikian dikatakan Ketua Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Paru Indonesia(PDPI), DR. Dr. Agus Dwi Susanto,Sp.P(K), FISR, FAPSR dalam acara Konterensi Pers Pertemuan Ilmiah Khusus(PIK PDPI) "Indonesian Chronic Lung Disease International Meeting" di Shangrila hotel Jakarta, Sabtu 24 September 2022.
Menurutnya, jumiah penyakit kanker paru di Indonesia pun terus meningkat selama beberapa tahun terakhir seiring dengan peningkatan jumlah perokok secara nasional.
Baca Lainnya :
- UPT Puskesmas Srengat Blitar hadirkan Inovasi Pemantauan Kesehatan Digital dari Aplikasi Dasboard MENTARI
- Hari Jadi Humas Polri Ke-73, Divhumas Polri Gelar Donor Darah Bersama Media
- Gelar Duta Aspirasi Publik, Dr. Nurdin Komitmen Serap dan Tindaklanjut Aspirasi Warga
- Semarak HUT DKH Ke-4 Hospitals Group, Menunjukan Kolaborasi Manajemen, Karyawan dan Masyarakat Menuju Indonesia Sehat
- Peran RSUD Kota Tangerang Cegah Stunting, Berikan Pelayanan Edukasi dan Konsultasi Gizi
" Pandemi COVID-19 juga merupakan masalah kesehatan paru di mana sejak awal pandemi seluruh dokter paru dengan penuh dedikasi berada di garis depan berkontribusi menangani dampak pandemi ini berkolaborasi dengan berbagai organisasi profesi dokter lainnya" , katanya.
DR. Agus memaparkan, Indonesia telah memiliki organisasi dokter spesialis paru yang dikenal juga dengan nama Perhimpunan Dokter Paru Indonesia semenjak tahun 1973. Di bulan September ini organiasi PDPI genap berusia 49 tahun. Di usianya yang sudah semakin matang, PDPI telah memiliki anggota sebanyak 1.373 orang dokter spesialis paru.
Namun jumtah ini kata dia memang belum mencukupi jumlah kebutuhan rasio 1:100 ribu penduduk Indonesia yang memiliki populasi sekitar 273 juta jiwa per tahun 2021.
" indonesia masih kekurangan sekitar sekitar 1.200 orang dokter paru. Ke depannya diharapakan dengan dibukanya beberapa pusat pendidikan dokter paru baru akan dapat memenuhi kebutuhan ini", imbuhnya.
Untuk itu dalam rangka meningkatkan pengetahuan dan keterampilan anggota PDPI di masa pandemi COVID19 yang masih terus berlangsung, PDPI dengan komitmen penuh mengadakan kegiatan seminar ilmiah yang dinamakan Pertemuan Ilmiah Khusus (PIK) tahun 2022.
Kegiatan ilmiah ini merupakan pertemuan ilmiah yang digelar secara hybrid yang pertama kali semenjak pandemi COVID-19, setelah sebelumnya hampir seluruh kegiatan seminar ilmiah dilakukan secara daring. Pertemuan ilmiah nasional ini juga dipadukan dengan even Internasional yang bernama 2” Indonesian Chronic Lung Disease International Meeting (ICLIME) yang berfokus pada penyakit-penyakit paru kronik.
" Jadi saya himbau masyarakat agar melakukan pemeriksaan pernapasan rutin,dan menjalankan hidup sehat dengan berolahraga dan hindari kebiasaan merokok, karena sebenarnya mencegah lebih penting daripada mengobati," pungkas DR.Agus.
Sementara Ketua Panitia PIK PDPI 2022, DR.Dr. Heidy Agustin Sp.P(K) dalam paparannya menambahkan, Pelaksanaan kegiatan PIK PDPI 2022 — 2” ICLIME juga bertepatan dengan peringatan World Lung Day yang jatuh pada tanggal 25 September 2022. Adapun tahun ini tema peringatan World Lung Day adalah Healthy Lung for All. Terkait dengan tema itu maka poin kampanye kesehatan paru yang diangkat adalah yang pertama tentang peningkatan pengetahuan mengenai dampak kualitas udara buruk terhadap kesehatan paru dan tindakan yang perlu dilakukan oleh semua orang guna mengurangi tingkat polusi udara tersebut dan bagaimana cara menghindarinya.
Yang ke dua tentunya terus menggarisbawahi pentingnya manfaat yang didapat dari berhenti merokok. Poin ke tiga adalah meningkatkan pengetahuan akan pentingnya melakukan aktivitas fisik untuk menjaga kesehatan paru. Dan poin terakhir adalah menguatkan kewaspadaan tentang vaksinasi guna Mencegah infeksi paru.
Berkaca dari pandemi COVID-19 yang masih terus berlangsung dan kondisi permasalahan kesehatan! Paru di Indonesia saat ini maka perkenankan Perhimpunan Dokter Paru Indonesia memberikan rekomendasi sebagai berikut:
1- Pandemi COVID-19 memberikan pelajaran berharga yang salah satunya menggamberkan kekurangan jumlah dokter paru di Indonesia. Untuk itulah PDP! meminta pemerintah dapat membantu memenuhi keterisian dokter paru di setiap kabupaten di seluruh Indonesia.
" Jumlah penyakit paru dimasa pandemi terus mengalami peningkatan, karena disatu sisi masyarakat enggan memeriksakan dirinya karena takut sebab merebaknya COVID-19, sejak awal pandemi, PPDI berkolaborasi dengan dokter lainnya dengan penuh dedikasi menjadi garda terdepan dalam turut membantu masyarakat yang menderita COVID-19," imbuhnya.
2- Jangan terburu-buru mengubah perilaku kewaspadaan terkait pandemi COVID-19 karena pandemi masih belum bisa dikatakan selesai. Saat ini masih fase transisi, tetap gunakan masker, tingkatkan cakupan vaksin booster dan menjaga protokol kesehatan.
3- Tuberkulosis, pneumonia dan COVID-19 merupakan penyakit menular yang bisa ditanggulang dan dicegah. Masyarakat diharap terus menjaga kesehatan lingkungan dan turut mengendalikan polisi udara di sekitarnya.
4- Diharapkan masyarakat agar dapat belajar dari pandemi yang amat mengganggu kehidupan ekonomi. Tetap melaksanakan protokol 3M, menjalankan gaya hidup yang bebas polusi, berhenti merokok dan mengimplementasikan Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), serta melakukan pemeriksaan kesehatan pernapasan setiap tahun untuk pencegahan penyakit paru.
5- Pentingnya memahami kesehatan paru pada setiap individu masyarakat dengan melakukan peningatan pemahaman dampak buruk polusi udara terhadap kesehatan paru dan upaya mengurangi polusi tersebut.
6- Terus mengkampanyekan tentang manfaat berhenti merokok, pentingnya olahraga bagi kesehatan paru dan vaksinasi untuk mencegah infeksi paru.
7- Ada 6 hal yang harus dijaga dalam tahap akhir pandemi COVID-19 agar dapat bener-benar selesai yaitu testing, vaksinasi, penanganan kasus, pencegahan infeksi di fasilitas pelayanan kesehatan, komunikasi risiko dan keterlibatan masyarakat.
8- Meminimalkan sirkulasi virus SARS-CoV-2 di masyarakat dan menjaminan pencegahan dan pengobatan pasien, termasuk juga penanganan efek jangka panjang COVID-19.
" Target PPDI jangka panjang, adalah menyehatkan masyarakat Indonesia, meminimalisir jumlah penderita paru sesuai misi dan visi," katanya.
9- Tetap mewaspadai bahwa virus SARS-CoV-2 akan tetap berada di dalam komunitas.
10- Perlunya antisipasi ancaman pandemi di masa mendatang dengan memperbaiki sistem
kesehatan baik nasional dan globai serta perbaikan di masing-masing negara.
" Maka kami harapkan peran media untuk turut membantu mengedukasi masyarakat tentang upaya pencegahan penyakit paru,dengan mengkampanyekan larangan merokok dan berprilaku hidup sehat," pungkasnya.(ASl/Red/MP).