Kolaborasi Wujudkan Program Gampang Sehat, Maryono Gandeng Dunia Usaha Tangkal TBC

MEGAPOLITANPOS.COM Kota Tangerang - Pemerintah Kota (Pemkot) Tangerang terus memperkuat kolaborasi lintas sektor dalam menanggulangi penyebaran Tuberkulosis (TBC).
Seperti halnya dengan menggelar Puncak Peringatan Hari TBC Sedunia Tahun 2025 Tingkat Kota Tangerang, yang digelar Kamis (24/4/2025), di Atrium Mal Tang City.
Dalam sambutannya, Wakil Wali Kota Tangerang, H. Maryono Hasan, menekankan pentingnya keterlibatan dunia usaha sebagai mitra strategis pemerintah dalam menciptakan lingkungan kerja yang sehat dan bebas TBC.
Baca Lainnya :
- Mewujudkan Lingkungan Bersih: Upaya Pemkab Tangerang dalam Mengelola Sampah di Bawah Pengawasan KLHK
- Sosialisasi Gempur Rokok Ilegal DBHCHT Kabupaten Blitar di Desa Krisik Optimalkan Gerakan Perempuan PKK Lebih Masiv Perangi Rokok Bodong
- Mayor Kav Dwi Joko Purnomo Hadiri Pelepasan Siswa Dirgantara
- Dana Desa Tahap III 2023 Ketahanan Pangan Ternak Sapi Tinggal Kandangnya, Mantan Kades Burujul Kulon Klaim Sudah Beres dengan Inspektorat
- Hendry Ch Bangun dan Zulmansyah Sepakat Gelar Kongres Persatuan PWI Paling Lambat Agustus 2025
"TBC tidak hanya persoalan medis, tetapi juga sosial dan ekonomi. Lingkungan kerja menjadi salah satu titik rawan penularan. Oleh karena itu, dunia usaha harus menjadi bagian penting dari solusi," ujar Maryono.
Melalui program Gampang Sehat, Pemkot Tangerang menggandeng 34 rumah sakit swasta untuk memperluas akses masyarakat terhadap layanan skrining TBC secara dini. Maryono, menjelaskan, program ini dirancang untuk mempermudah masyarakat, termasuk para pekerja, mendapatkan layanan kesehatan yang cepat, terjangkau, dan berkualitas.
"Program Gampang Sehat, kami arahkan agar masyarakat, termasuk pekerja di perusahaan, tidak kesulitan dalam melakukan deteksi dini TBC. Ini adalah bentuk konkret pemerintah hadir bersama masyarakat dan pelaku usaha," imbuhnya.
Pemerintah juga terus mendorong agar perusahaan-perusahaan di Kota Tangerang aktif mengintegrasikan program kesehatan, seperti skrining TBC, ke dalam kebijakan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) mereka.
"Kami mengajak para pimpinan perusahaan agar menjadikan isu TBC sebagai bagian dari prioritas. Langkah kecil seperti pemeriksaan rutin, edukasi, dan lingkungan kerja yang sehat bisa berdampak besar," kata Maryono.
Ia juga menekankan pentingnya menghapus stigma terhadap pengidap TBC. Edukasi kepada pekerja dan komunitas menjadi kunci dalam menciptakan lingkungan yang mendukung proses penyembuhan.
"TBC bisa disembuhkan. Yang dibutuhkan adalah dukungan, bukan diskriminasi. Perusahaan bisa menjadi tempat yang inklusif, yang memberi ruang bagi karyawan untuk sembuh dan bangkit," pungkasnya. ** (Jhn)
